Rabu, 11 September 2013

Penunggang Kuda Negeri Malam: Ahda Imran



Judul                                     : Penunggang Kuda Negeri Malam
Penulis                                 : Ahda Imran
Kategori                               : Puisi

Penerbit/Tahun                  : AKAR/
Harga                                   : 30.000



Pada kebanyakan sajak Ahda Imran saya masih merasakan jejak-jejak pantun Melayu, terutama dalam kemerduan bunyi dan ketertiban bentuk, serta ia sangat sadar pada irama. Dengan kata lain, penyair berdarah Minang yang besar di Cimahi ini tidak tercerabut dari akar tradisi leluhurnya, bukan ikut memperkaya tradisi dengan caranya sendiri. (Acep Zamzam Noor, penyair)

Membaca puisi-puisi Ahda Imran, kita seperti dihadapkan pada rangkaian peristiwa yang melompat-lompat. Ia menawarkan beragam tema yang dipintal dalam belitan metafora. Maka, segala yang terserak—hujan, sungai, ikan, air, rambut, handphone, arloji atau apa pun—di depan mata, serempak menjelma larik-larik asosiatif yang memaksa saklar imajinasi kita bergentayangan menjelajah peristiwa dalam puisi. Ahda Imran laksana hendak mewartakan apapun ketika segala peristiwa menciptakan kegelisahan yang mempesona yang serta-merta menggerakkan sentuhan estetiknya (aesthetic contact). Puisi-puisinya menjadi saluran sublimasi yang mengasikhanyutkan. (Maman S. Mahayana, kritikus)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar